18 Jun 2012

Tugas Seminar Pendidikan



ABSTRAK
PENDEKATAN STM

EVANIS DESVITA
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sumatera Barat

Penemuan teknologi membawa dampak pada lahirnya konsep, teori, serta hukum sains. Begitupula konsep sains, teori serta hukum yang dikemukakan oleh ilmuwan membawa dampak pada penemuan teknologi. Sains Teknologi Masyarakat adalah untuk menyediakan siswa koneksi yang nyata dengan kelas dan masyarakat sehingga tepat untuk mempersiapkan peserta didik ketika berhadapan dengan berbagai perkembangan sains dan teknologi di lingkungannya. Program S-T-M memiliki karakteristika yaitu, identifikasi masalah-masalah setempat/lokal yang memiliki kepentingan dan dampak, penggunaan sumber daya setempat/lokal (manusia dan benda) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah, keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, penambahan/perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah, fokus kepada dampak dari sains dan teknologi terhadap siswa, suatu pandangan bahwa konten sains bukan hanya konsep-konsep yang harus dikuasai siswa dalam tes, penekanan dalam keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakannya dalam memecahkan masalah, penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi, kesempatan bagi siswa untuk mencoba berperan sebagai warga negara atau anggota masyarakat dimana ia mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentifikasi, identifikasi dampak sains dan teknologi di masa depan, kebebasan atau otonomi dalam proses belajar. Untuk lebih mengaktualisasikan penggunaan pendekatan S-T-M dalam pembelajaran, maka dilaksanakan dalam tahapan-tahapan, dimulai dengan tahap inisiasi, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi konsep, tahap pemantapan konsep, tahap pelaksanaan evaluasi.

Kata Kunci : STM, Sains Teknologi Masyarakat, Ilmu, Pengetahuan, Pembelajaran, lingkungan, Pendekatan STM.






I.              PENDAHULUAN
Kata pengetahuan dan teknologi begitu familiar dalam kehidupan sehari-hari sehingga memunculkan akronim IPTEK dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sedangkan sains merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, science.
Didi Atmadilaga (Ponir Jaya, 1997 : 3) ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang telah disisteminasi dan diorganisasi sedemikian rupa sehingga memenuhi asa pengaturan secara sedural, metodologis, teknis, dan normatif.
Pengertian sains dibatasi hanya pada pengetahuan yang positif, artinya yang hanya dapat dijangkau oleh panca indera kita. Pada mulanya ilmu hanya berkaitan dengan alam, namun dalam pemaparan selanjutnya akan dikemukakan bahwa ilmu dalam perkembangannya juga berkaitan dengan masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh Prayekti (2001), penguasaan Iptek merupakan kunci dalam abad 21 ini. Oleh karena itu, peserta didik perlu dipersiapkan untuk mengenal, memahami, dan menguasai Iptek dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. Upaya untuk mempersiapkan hal itu memang sudah dilakukan melalui pendidikan formal yang sudah diajarkan sejak pendidikan dasar, sesuai dengan Undang-Undang N0. 2 Tahun 1989 BAB I Pasal 1 :
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1.        Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang;
2.        Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
3.        Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional;
4.        Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya;
5.        Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran;
6.        Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu;
7.        Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan;
8.        Tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih peserta didik;
9.        Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar;
10.    Sumber daya pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana dan prasarana yang tersedia atau diadakan dan didayagunakan oleh keluarga, masyarakat, peserta didik dan Pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersamasama;
11.    Warga negara adalah warga negara Republik Indonesia;
12.    Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab atas bidang pendidikan nasional.

Banyak contoh menunjukkan kepada kita bahwa penemuan teknologi membawa dampak pada lahirnya konsep, istilah, defenisi, proposisi, teori, serta hukum sains.  Begitupula bahwa konsep sains, teori serta hukum yang dikemukakan oleh ilmuwan membawa dampak pada penemuan teknologi (Didi Atmadilaga, 1997).
Oemar Hamalik (2001 : 235) pemberdayaan teknologi dalam pengajaran merupakan pemberdayaan unsur kekuatan luar yang mengakibatkan materi pengajaran, bukan ditentukan berdasarkan keputusan kurikuler, melainkan keputusan bergantung pada guru.
Oemar Hamalik (2001 : 195) lingkungan merupakan dasar pendidikan/pengajaran yang penting, bahkan dengan dasar ini dapat dikembangkan suatu model persekolahan berorientasi pada lingkungan.
Penemuan teknologi ini berwujud terciptanya alat-alat baru maupun penyempurnaan alat-alat lama. Penemuan maupun penyempurnaan alat ini berdampak pula bagi penemuan dan pengembangan sains. Dengan demikian, kaitan antara sains dan teknologi merupakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Begitupula dengan kaitannya dengan masyarakat, penemuan dan pengambangan sains tersebut dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap segi kehidupan kita terkait dengan teknologi dan sains. Sejak bangun tidur di pagi hari kita melihat jam dinding untuk mengetahui waktu dengan tepat agar kita tidak terlambat melakukan kegiatan yang telah dijadwalkan. Jam dinding, pakaian, alat transportasi adalah hasil kegiatan manusia yang ditujukan untuk mempermudah kita dalam melakukan tugas sehari-hari. Teknologi lahir karena adanya kebutuhan manusia dilingkungannya agar dalam melakukan kegiatan-kegiatan. Dengan kata lain, kegiatan teknologi bermula dari adanya masalah-masalah yang sedang dihadapi manusia dalam beradaptasi dengan lingkungan dan alamnya. Di lain pihak, sains berawal dari adanya sifat ingin tahu manusia dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan tentang dunia kealaman (natural world).
II.           PERMASALAHAN
Gaya pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk senantiasa teks book juga telah mematikan kreativitas peserta didik. Meminjam istilah yang dikemukakan oleh Djohar, selama ini peserta didik diajarkan untuk terus-menarus menjadi ”pemulung” produk-produk ilmiah barat tanpa pernah diarahkan untuk mencoba mengeluarkan produk-produk orisinil dari pikirannya sendiri. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengkonstruksi sendiri bangunan pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat sebelumnya dan atas pembacannya terhadap realitas yang ada di sekelilingnya. Kondisi ini telah menyebabkan ”kematian” thingking skills (keterampilan berfikir) yang menjadi bagian dari konsep life skills (kecakapan hidup).
Melihat kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut, agaknya para pemerhati maupun praktisi dunia pendidikan di Indonesia dituntut untuksegera melakukan upaya perbaikan. Dalam hal ini, penulis mencoba mengangkat salah satu pendekatan pembelajaran dalam IPA yaitu pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM). Pendekatan ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara pembelajaran IPA di dalam kelas dengan kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat yang ada di sekitar peserta didik. Melalui pendekatan ini peserta didik juga dilatih untuk membiasakan diri bersikap peduli akan masalah-masalah social dan lingkungan yang berkaiatan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
III.        PEMBAHASAN
Pendekatan (STM) Sains Teknologi Masyarakat merupakan terjemahan dari science technology and society approach (STS) yang merupakan pendekatan pembelajaran, dikembangkan berdasarkan pada filosofis kontruktivisme. Pendekatan pembelajaran tersebut telah berkembang pesat di Amerika dan Inggris sejak awal tahun 1970-an. Pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat) didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini baru diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1990-an yang telah diuji coba dan dilakukan di berbagai sekolah di Indonesia. (http://pelangi.dit-pp.go.id)
Prayekti dalam Safitri Yosita Ratri (2001 : 4) menyatakan bahwa pendekatan STM memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam pembelajaran dan dapat menampilkan peranan sains dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat.
Myers (Asyari : 2006) yang menyatakan bahwa pendekatan STM efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep dalam diri siswa dan dalam penerapannya di lapangan diharapkan dapat menunjukkan kemampuan menerapkan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut para tokoh lain bahwa pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kontekstual yang dapat membantu siswa untuk membuat pelajaran menjadi lebih berarti. Karena di dalam Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini berkatain dengan kehidupan yang nyata, dimana dalam pembelajaran yang bersumber dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) disini siswa memilik perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh kepada kemampuan menyerap dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi prsoes perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
1.      Penerapan STM dalam pembelajaran
a.       Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori. Untuk mengatasi hal-hal ini maka perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep dan prinsip pada diri siswa.


b.      Pengalaman intelektual, emosional dan fisik
Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip sangat dibutuhkan.
c.       Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan memperoleh kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 135 – 138).
Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dala pembelajaran yaitu:
1.    Menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat
2.    Mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai akibat perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.  
3.    MAMPU membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dala masyarakat khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan, energi, kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
4.    Secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi positif dan negatifnya.

2.      Keunggulan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang dapat diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:
a.      Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan
-            Meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di samping keterampilan proses.
-            Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
-            Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang studi.
b.        Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi pembelajaran
-            Menekankan keberhasilan siswa
-            Menggunakan berbagai strategi
-            Menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber informasi.
c.         Keunggulan pendekatan STM ditinjau dari segi evaluasi
-            Ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar
-            Perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga diperhatikan. 
-            Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi. 
-            Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam membantu siswa.

3.      Langkah – Langkah Penerapan STM Dalam Pembelajaran
Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu: (www.dunia guru com.)
a.       Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
b.      Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
c.       Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.
d.      Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
e.       Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap materi yang dikaji (www.dunia guru com.)

4.      Problematika Yang Dihadapi Dalam Pendekatan STM
Mitchener & Anderson (1989) dalam Raja (2009), melaporkan hasil penelitian tentang perspektif guru dalam penyusunan dan pelaksanaan sebuah pembelajaran dengan pendekatan STM bahwa guru memiliki hambatan dalam penerapan pendekatan ini dan menunjukkan kekhawatiran berupa ketidaknyamanan dengan pengelompokan, ketidakpastian tentang evaluasi, , andfrustrasi tentang populasi siswa, dan kebingungan peran guru. Hasil-hasil temuan tersebut akan berguna dalam menyelenggarakan program pengembangan guru.
Kekhawatiran terhadap konten dapat terjadi karena persentasi waktu yang rendah bagi peran guru dalam transfer pengetahuan kepada anak. Guru lebih banyak berperan dalam mengarahkan pengetahuan anak pada upaya penemuan masalah dan konseptualisasi berdasarkan disiplin ilmu. Penanaman konsep lebih banyak dilakukan pada momen-momen tertentu secara tepat, sehingga memiliki tingkat retensi yang lebih lama.
Bagi sekolah dengan populasi siswa yang tinggi dalam kelas, dapat menjadi masalah tersendiri bagi guru. Jika kelompok yang dibentuk dalam kelas banyak, guru akan kewalahan dalam  pendampingan kelompok dan pembimbingan kajian masalah. Sedangkan ketika kelompok dikurangi (populasi dalam kelompok tinggi) konsekuensinya dapat terjadi peran yang tidak efektif bagi anak. Sehingga penggunaan pendekatan STM, harus dirancang untuk melibatkan pihak lain dalam proses pembelajaran.
Kompleksitas masalah dan sumber informasi yang dapat terlibat dalam pembelajaran STM, harus dapat disikapi secara profesional oleh guru. Ketepatan masalah yang dipilih oleh siswa untuk dikaji sangat ditentukan oleh peran guru dalam mengekspose fakta-fakta. Penentuan prosedur analisis dan sumber data yang akurat, memerlukan bimbingan dan arahan dari guru. Demikian pula, dalam hal kajian data dan konseptualisasinya dibutuhkan peran guru dalam memberikan klarifikasi dan penguatan atas hasil-hasil kerja dari tiap kelompok.
Kompleksitas masalah dan sumber informasi juga berimplikasi pada beragamnya fokus anak dalam mengkaji konsep pengetahuan. Konsekuensinya, dibutuhkan kecermatan dalam menyusun alat evaluasi terutama pada domain penguasaan konsep. Penggunaan alat penilaian yang variatif, dapat meningkatkan akurasi data yang dibutuhkan dalam mengevaluasi perkembangan anak.
Hambatan lain dalam penerapan pendekatan ini adalah siswa belum terbiasa untuk berpikir kritis dan belajar mengambil pengalaman di lapangan, sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketekunan guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa dalam pembelajaran. Untuk menerapkan pendekatan ini, peranan guru dimulai dari perencanaan pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, motivator dan pembimbing. Pendekatan STM menuntut kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang baik.

IV.        PENUTUP
Pendekatan STM pada hakekatnya dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan siswa sehari-hari sebagai anggota masyarakat.
Implementasi pendekatan STM, dapat dilakukan melalui empat fase yaitu invitasi, eksplorasi, mengusulkan penjelasan dan solusi, dan mengambil tindakan.



V.           DAFTAR PUSTAKA

Admadilaga Didi. 1997. Penerapan Filsafat ilmu. Bandung : Pionir Jaya.

Hamalik Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.


http://www. Blog Guru SMPN 1 Kikim Barat Kabupaten Lahat. Macam-macam pendekatan pembalajaran. Hari Jumat pukul 14.00 WIB.

 

Sabar Nurohman, S.Pd.Si. Pendekatan Sains-Teknologi - Masyarakat (Stm) Dalam Pembelajaran Ipa Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik. Pendidikan Fisika FMIPA UNY.

 

Usmadi. 2011. Buku Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Padang Panjang: Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

Yosita Ratri Safitri. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) bagi Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. PGSD FIP UNY.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar